Jakarta, Dakwah NU
Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) menegaskan kepada Ulama Nahdliyin agar menggunakan cara dakwah yang tetap menjaga etika sosial. Hal ini bermula pada keprihatinan beliau terhadap berbagai aksi kekerasan dan ujaran kebencian yang mengatasnamakan agama, terutama di media sosial. Pernyataan ini beliau lontarkan dalam sambutannya di acara istighosah LD-PBNU Rabu (25/11) yang dilakukan secara virtual.
“Akhir akhir ini kita menyaksikan bahwa agama Islam senantiasa dilekatkan dengan aksi aksi kekerasan, marah marah, ujaran ujaran kebencian, provokasi, dan sungguh memiriskan kita bahwa memang sekelompok umat Islam ini selalu saja gemar mengangkat simbol simbol agama untuk tujuan atau kepentingan mereka tersebut,” tutur Abi begitu ia disapa, mengenai keprihatinan terhadap kondisi agama saat ini.
Padahal, Rasulullah SAW senantiasa mengingatkan para sahabat untuk menjaga moral dan etika walaupun dalam keadaan memasuki medan perang. “Kalau kita berbicara akhlak, berbicara etika, maka tidak terlepas dari pola fikir dasar diturunkannya Agama Islam ke muka bumi, yakni sebagai rahmatan lil ‘alamin wama arsalnaka illa rahmatan lil alamin Tidak aku utus kamu Muhammad kecuali untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam,” tuturnya.
Oleh karena itu, Ulama Nahdliyin harus memperhatikan etika dan cara berdakwah agar berbeda dengan kelompok yang melakukan aksi kekerasan tersebut diatas. Etika dakwah harus dijaga di ranah manapun, termasuk dakwah melalui media sosial.
Pertama Ciri khas dakwah Nahdlatul Ulama, selalu diniatkan untuk meninggikan kalimat Allah dalam menyebarkan Risalah Nabawiyah Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah al-Nahdliyah.
Ciri khas kedua adalah isi konten dakwah harus membawa misi utama agama Islam yaitu Rahmatan lil alamin. Selanjutnya adalah meneguhkan karakter Islam Nusantara. Abi menegaskan bahwa Karakter Nusantara yang sejuk dan berkeadaban yang menjadi salah satu ciri utama NU.
“Kemudian, yang lainnya adalah bahwa Konten dakwah bersumber dari al Qur’an, Hadis, dan fatwa ulama yang kredibel melalui jalur sanad keilmuan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dunia akhirat,” imbuh Abi.
Lebih lanjut Abi menjelaskan, Dakwah mengedepankan cara-cara yang ma’ruf dan bijak (bi al hikmah). Selain itu, Dakwah disampaikan dengan diksi dan paparan yang mudah dimengerti semua kalangan.
“Kita ini sebagai pendiri dan pemegang saham terbesar di dalam kemerdekaan Bangsa Indonesia, bahwa dakwah NU ini harus menjadi instrumen utama dalam merawat persatuan bangsa serta mendorong kemajuan dan kemakmuran warga negara Indonesia,” terang beliau.
Kiai Agus Salim menegaskan bahwa jangan sampai dalam berdakwah mudah mengumbar fatwa yang belum pasti dasarnya karena akan menunjukkan pada kurangnya ilmu. Selain itu, beliau juga mengajak Ulama untuk memberikan ketenangan kepada masyarakat agar yakin bahwa pandemi yang terjadi saat ini adalah semata ujian dari Allah SWT yang akan berakhir. (fqh)
Kontributor: Via Qurrotaaini (Mahasiswi Univ Diponegoro)
Editor: Faqih Ulwan
- Doakan Keselamatan Bangsa, LD PBNU Gelar Ratibul Hadad - January 20, 2021
- Pakar Ushul Fikih Kiai Afifudin Muhajir Dianugerahi Gelar Doktor UIN Walisongo Semarang - January 20, 2021
- JRA Mulai Produksi Air Ruqyah - January 19, 2021
Comment here